Dosa Aktivis '98 dan Wacana Penggulingan Jokowi - Sang Pemburu Badai

Rabu, 20 Mei 2015

Dosa Aktivis '98 dan Wacana Penggulingan Jokowi

Dalam sebuah seminar 2 tahun lalu yg dihadiri oleh berbagai kalangan termasuk kalangan aktivis Reformasi '98 saya pernah membuat statement bahwa imbas keterpurukan reformasi di berbagai bidang termasuk ekonomi dan hukum sampai saat ini salah satunya adalah salah para aktivis '98. Para aktivis yang pada waktu itu sudah gerah dan berluka darah dendam kepada Orde Baru menginginkan Presiden Soeharto lengser dari tampuk kekuasaannya. Dengan gagah berani dan siap mengorbankan diri untuk kesuksesa  reformasi kala itu. Banyak korban berjatuhan, baik itu dari kalangan yang berdosa, kalangan yang tidak berdosa dan para aktivis (yang pada saat itu saya masih bingung mau memasukkan ke dalam kategori yang mana, yang berdosa, tidak berdosa atau pahlawan ?). Memang, hasil reformasi secara pragmatis dapat dicapai. Seorang Soeharto dapat dilengsengkan. Demokrasi yang mereka inginkan dapat diterapkan, walaupun hanya sebatas demokrasi semu.

Tapi kenyataannya, keadaan tak seindah yang dicita-citakan. Keadaan ekonomi dan hukum masih amburadul. Bahkan, peristiwa pelanggaran HAM pada kematian aktivis '98 pun sampai sekang tidak pernah terungkap. Padahal merekalah yang berada di titik terdepan yang memperjuangkannya. Sampai sekarang, pelaku politik, hukum dan ekonomi mayoritas adalah orang lama, orang-orang yang sudah pernah bermain di orde lama, walaupun sebagian mereka adalah orang yang ditindas juga.

Oleh karena hal di atas saya mengambil kesimpulan bahwa keterpurukan yang ada sampai saat ini diantaranya adalah dosa para aktivis '98. Mereka tidak pernah menyiapkan konsep secara vertikal dalam mengumandangkan reformasi. Hanya konsep secara konsep secara horizontal yang mereka pegang. Garis besar konsep mereka adalah Soeharto lengser dan kebebasan berekspresi dapat mereka dapatkan. Akhirnya, dalam akhir statement saya membacakan sebuah qaidah fiqhiyyah:
الضرر لا يزال بالضرر
Bahwa keadaan penindasan dan kekejaman yang Orde Baru lakukan tidak seharusnya ditentang dan dihilangkan dengan sebuah cara reformasi yang ternyata juga memakan banyak korban dan menyebabkan berbagai permasalahan lain yang timbul dan tidak selesai sampai sekarang.

Statement saya diatas (yang mungkin dangkal pemahamannya) kemudian disanggah oleh seorang pemateri aktivis '98 yang kemudian melanjutkan magisternya di Maroko. Di depan sanggahannya beliau langsung mengutarakan sebuah qaidah fiqhiyyah lainnya:
الضرورات تبيح المحضورات
Keadaan genting dan penindasan yang ada pada saat tidak akan pernah hilang jika tidak melalui jalan reformasi. Hal itu adalah jalan satu-satunya, sebelum Soeharto menguatkan lagi barisannya, yang mestinya akan membuat keadaan semakin sulit. Tidak ada pengorbanan yang tidak sakit. Harus butuh pengorbanan untuk berjuang. Keadaan yang ada pada saat ini tidak seluruhnya menjadi salah aktivis '98, karena sampai saat ini mereka pun masih menjadi korban. Selayaknya ini menjadi sebuah intropeksi bagi seluruh pihak untuk mengembalikan lagi subtansi dari reformasi.

Mengapa diskusi yang telah berlangsung 2 tahun lalu ini saya tulis ?
Saya hanya ingin mengingatkan kepada para mahasiswa yang pada hari ini berdemo bahwa rasa sakit yang timbul akibat reformasi sampai sekarang belum lah sembuh. Masih ada banyak luka yang perlu diobati. Penggulingan Soeharto yang didukung banyak kalangan saja masih banyak menimbulkan luka yang tidak sembuh sampai sekarang, bagaimana dengan keinginan yang hanya didukung beberapa orang saja untuk menurunkan Jokowi-JK ? Apakah tidak tidak akan menimbulkan luka baru ? Atau bahkan mengorek luka lama ? Tentunya Negeri ini akan semakin lumpuh nantinya.

Selamat Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2015
Mari kita memperingatinya dengan membangkitkan kembali rasa nasionalisme untuk memperkuat persatuan dan kesatuan tanah air tercinta.


M. Najmuddin Huda
Aktivis '15 Kota Salatiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Untuk Meinggalkan Komentar Anda ! Kritik dan Saran Dibutuhkan Untuk Perbaikan Blog Ini Kedepannya.