Pendahuluan
Tidak ada yang kekel di dunia ini kecuali Sang
Penciptanya. Mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan dari
Dinasti Abbasiyah. Setelah mengalami kejayaan selama beberapa ratus tahun
akhirnya Dinasti ini runtuh. Keruntuhan dinasti ini bukannya tanpa faktor. Ada beberapa yang menjadi penyebab runtuhnya
dari dinasti ini, diantaranya adalah persaingan antar bangsa-bangsa untuk
memperebutkan derah jajahan dan memperluas wilayah kekuasaan mereka. Selain
itu, kemeresosotan ekonomi yang terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah
pada hal ini juga menyebabkan dinasti Abbasiyah hilang dari percaturan kerajaan-kerajaan
yang berkuasa pada saat ini. Konflik keagaaman yang terjadi juga ikut
mempercepat kehancuran dari pada Dinasti ini. Dan penyebab yang terakhir adalah
ancaman dari luar yang merongrong kekuasaan Dinasti ini.
Walaupun Dinasti Abbasiyah telah hilang beberapa
puluh abad yang lalu, tetapi peninggalan-peninggalannya masih dapat dirasakan sampai sekarang. Peninggalan
keilmuan bisa dilihat dari buku-buku yang dikarang oleh para cendikiawan zaman
Abbasiyah yang kemudian di wariskan kepada generasi selanjutnya. Peninggalan
yang berupa benda juga masih dapat dilihat di benua eropa terutama Spanyol.
Banyak bangunan dengan arsitektur yang
sangat indah dan tinggi nilainya masih
berdiri megah di daratan Spanyol. Perpustakaan, masjid, universitas dan bangunan-bangunan
islam kuno lainnya yang masih ada menjadi bukti bahwa Islam pernah mengalami
kemajuan dan zaman keemasan dimasa itu.
Kemajuan-kemajuan yang pernah di capai dinasti
abbasiyah ternyata membawa pengaruh yang sangat hebat bagi dunia eropa. Kebangkitan
dunia eropa atau yang lebih dikenal dengan renaissance merupakan hasil daripada
transformasi keilmuan dari dunia islam ke dunia barat. Kontak keilmuan yang
terjadi antara para sarjana eropa dengan dunia muslim memberikan pengaruh dalam
cara berfikir mereka sehingga mereka mulai mengembangkan keeilmuan mereka untuk
memajukan eropa dan mengentaskannya daei lubang kegelapan.
Islam sangat berjasa
sekali bagi kemajuan yang telah diraih oleh eropa pada saat ini. Keilmuan yang
berkembang di eropa sekarang merupakan hasil daripada pengembangan teori teori
yang telah dicetuskan oleh cendikiawan muslim.
Keruntuhan Daulah Abbasiyah
A. Latar Belakang Keruntuhan Daulah Abbasiyah
Daulah abbasiyah adalah sebuah Negara yang
melanjutkan kekuasaan daulah umayyah. Nama daulah ini diambil dari para pendiri
dan penguasanya yang kebanyakan keturunan al-abbas. Kehalifahan abbasiyah mulai
dipropagandakan ketika umar bin abdul aziz naik tahta. Dan akhirnya menyusul
berbagai pemberontakan dan peperangan yang dilakukan oleh bani abbas,daulah
abbasiyahpun dinyatakan berdiri. Pasukan abbasiyah berhasil mengalahkan pasukan
dari ummayah dalam peperang di dekat
sungai zab bagian atas.
Daulah ini berlangsung dari tahun 132 H/750 M,
sampai tahun 656 H/1258 M. pusatnya di bagdad. Kerajaan ini memilik 37 raja
yang susul-menyusul.pada masa kerajaan ini islam mengalami puncak kejayaannya
disegala bidang kehidupan.[1]
Pola pemerintahan daulah ini berubah-ubah sesuai
dengan perubahan politik, social, budaya, dan penguasa. Berdasarkan perbedaan
pola dan perubahan politik itu masa daulah abbasiyah dapat digolongkan menjadi
5 periode, yaitu sebagai berikut:
1.
Periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M)
2.
Periode kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M)
3.
Periode ketiga (232 H/847 M – 447 H/1055 M)
4.
Periode keempat (447 H/1055 M – 590 H/1199 M)
5.
Periode kelima (590 H/1199M – 656 H/1258 M) [2]
Masa kemunduran abbasiyah dimulai sejak period eke 2.
Namun demikian, factor - faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara
tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, tetapi pada masa
itu kekholifahan sangat kuat, sehingga benih – benih itu tidak sempat
berkembang. Dalam sejarah kekuasaan bani abbas apabila kholifah kuat
paramenteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, namun apabila
khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Disamping kelemahan khalifah, banyak factor lain
yang menyebabkan khalifah abbasiyah menjadi mundur, masing-masing factor
tersebut saling berkaitan. Beberapa
diantaranya adalah sebagai baerikut:
1.
Persaingan antar
bangsa.
Khalifah abbasiyah didirikan oleh bani abbas yang
bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan ini dilatarbelakangi persamaan
nasib sebagai bangsa tang tertindas. Setelah kekhalihan abbasiyah berdiri bani
abbas tetap mempertahankan persekutuan ini. Orang- orang arab terpecah belah
dengan adanya ‘ashabiyyah kesukuan. Dengan demikian kehalifah abbasiyah tidak
ditegakkan pada ‘ashabiyah tradisional.
Namun hal itu tidak membuat bangasa Persia puas.
Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari persia pula.
Sementara itu bangsa arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka
adalah darah (ras) yang istimewa dan
merka menganggap rendah bangsa non-arab didunia islam.
Wilayah kekuasaan abbasiyah pada periode pertama
sangat luas. Meliputi maroko, mesir, syiria, irak, Persia, turki, dll. Mereka
hanya dipersatukan melalui bangsa semit, karena islam tidak memiliki kesadaran
untuk merajut elemen-elemen itu dengan kuat sehingga selain muncul fanatisme kearaban,
muncul juga fanatisme-fanatisme bangsa lain yang melahirkan gerakan
syu’ubiyyah.
Fanatisme semacam ini dibiarkan berkembang oleh
penguasa saat itu, bahkan para khaliafah menjalankan system perbudakan baru.
Budak-budak bangsa Persia dan turki dijadikan pegawai dan tentara. Mereka
diberi nasab sebagai kaum yang menerima gaji(dianggap sebagai hamba). System
ini yang yang membuat bangsa Persia dan turki semakin kekeh syu’ubiyahnya.
Karena jumlah mereka besar, mereka merasa bahwa Negara ada miliknya. Mereka
memiliki kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah. Muncullah
kecenderungan masing-masing Negara untuk saling mendominaasi kekuasaan dari
periode pertama daulah abbasiyah. Namun karena khalifah masa itu kuat,
stabilitas politik dapat terjaga.
Setelah khaliafah al-mutawakkil naik dominasi
tentara turki tak terbendung lagi. Pad masa itu sebenarnya pemerintahan bani
abbas sudah musnah karena kekuasaan dipegang oleh orang-orang turki.
Selanjutnya kekuasaan direbut oleh bani buwaih dari Persia di periode ketiga,
dan dinasti Seljuk pada periode keempat.
2.
Kemerosotan
ekonomi
Kemerosotan bidang politik dibarengi dengan
kemerosotan dibidang ekonomi. Pada periode pertama daulah ini merupakan daulah
yang kaya. Penerimaannya lebih besar dari pengeluarannya sehingga bait al-mal
penuh dengan harta. Penerimaan terbesar adalah dari semacam pajak hasil bumi
yang dikenal dengan nama al-kharaj.
Ada beberapa factor yang menebabkan merosotnya
ekonomi daulah abbasiyah, yakni antara lain:
ü Menurunya pendapatan Negara karena penyempitan wilayah,Karena banyak
dinasti kecil yang memerdekakan diri.
ü Banyaknya kerusuhan yang mengakibatkan terganggunya
perekonomian rakyat.
ü Diperingannya pajak.
ü Pengeluaran membengkak karena hedonisme para khalifah dan
pejabat.
ü Banyak terjadi korupsi.
ü Carut- marutnya kehidupan politik yang membuat kehidupan
ekonomi Negara morat-marit
3.
Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan fanatisme
kebangsaan. Karena cita-cita orang-orang Persia tidak sepenuhnya tercapai,
kekecewaan mendorong mereka mempropagandakan ajaran manuisme, zoroasterisme,
dan mazdakisme atau yang popular dengan nama gerakan zindiq. Gerakan ini
menggoda rasa keimanan para khalifah al-manshur berusaha keras memberantasnya.
Al-mahdi bahkan merasa perlu untuk mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi
kegiatan orang-orang zindiq dan melakukan mihnah untuk memberantas bid’ah. Akan
tetapi itu semua tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum
beriman dengan golongan zindiq berlanjut, mulai dari bentuk yang sederhana
seperti polemic tentang ajaran sampai sampai konflik bersenjata yang
menumpahkan darah dikedua belah pihak. Gerakan al-afsyin dan quramithah adalah
contoh dari konflik berdarah itu.
Pada saat gerakan zindiq mulai tersudut para
pendukungnya banyak yang berlindung dibalik ajaran syiah, sehingga banyak
aliran syiah yang dipandang ghulat(ekstrim) dan dianggap menyimpang, bahkan
oleh penganut syiah sendiri. Aliran syiah adalah satu aliran politik dalam
islam yang berhadapan dengan konsep ahlussunah. Diantara keduanya sering
terjadi konflik yang terkadang juga melibatkan penguasa.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak hanya
sebatas konflik antara muslim dan zindiq atau syiah dengan ahlussunah saja,
tetapi antar aliran dalam islam. Mu’tazilah misalnya yang cenderung rasionalis
dituduh sebagai pembuat bid’ah oleh golongan salaf. Perselisihan diantara
keduanya dipertajam oleh al-ma’mum yang menjadikan mu’tazilah sebagai mazhab
resmi Negara dan melakukan mihnah. Namun pada masa khalifah al- mutawakkil
aliran mu’tazilah dibatalkan sbagai mzhab resmi Negara dan aliranslaf kembali
naik daun. Tidak tolerannya golongan salaf terhadap pengikut mu’tazilah telah
menyempitnkan horizon intelektual.[3]
4.
Ancaman dari
luar
Ancaman dari luar adalah factor eksternal yang
menyebabkan runtuhnya daulah abbasiyah. Adanya perang salib yang terjadi dalam
beberapa gelombang dan hadirnya tentara mongol dibawah pimpinan hulagu khan.[4]
B.
Proses
Transformasi Kebudayaan Atau Peradaban Islam Ke Dunia Barat
Andalusia merupakan jembatan penyebrangan kebudayaan
atau peradaban islam dan sekaligus menghasilkan pertumbuhan dan kemajuan
berbagai cabang kebudayaan dalam segala ragam dan jenisnya seperti kesenian,
kesustraan, arsitektur, kedokteran, filsafat dan bidang-bidang kebudayaan
lainnya. Andalusia telah benar-benar menjadi jembatan emas yang menyebrangkan
atau menghubungkan dan merntranformasikan hasil-hasil kebudayaan islam ke
eropa, kebudayaan atau peradaban islam inilah yang memberikan pengaruh secara
luas terhadap Eropa. Dilihat dari bentuk proses tranformasi kebudayaan dan
peradaban islam inilah yang memberikan pengaruh secara luas terhadap eropa.
Dilihat dari bentuk proses tranformasi kebudayaan
dan peradaban islam ke mancanegara, paling tidak ada dua bentuk yang paling
dominan, yaitu kontak intelektual dan perang salib.
1.
Kontak
intelektual
Ada dua jalur aktifitas yang dilakukan lewat kontak
intelektual ini yakni:
ü Aktifitas ilmiah
Aktifitas ini pada awalnya dilakukan secara pribadi,
sebagaimana yang banyak dilakukan mahasiswa dari italia, perancis selatan,
spanyol, yang menghadiri seminar-seminar, untuk belajar matematika, filsafat,
kedokteran, kosmografi dan yang lainnya. Dalam wakti yang singkat mereka telah
menjadi kandidat profesor di universitas-universitas barat yang dibangun dengan
mencontoh seminar-seminar muslim tersebut.
ü Melalui jalur akademmis
Kegiatan ini dilakukan denga cara menerjemahkan
berbagai karya seperti aristoteles yang telah ditransfer kedalam bahasa arab,
bahasa latin untuk kemudian dibawa ke barat (Italia). Aktifitas ini dibarengi
pula dengan berdirinya universitas-universitas seperti di Pon-Duo, Touluse, dan
Leon. Universitas-universitas tersebut didirikan denga menggunakan gaya arsitektur dan metode
pengajaran sebagaimana pada universitas-universitas muslim.
Universitas-universitas merupakan tempat yang turut memperlancar arus
transformasi budaya islam ke Negri-negri asal mereka.
2.
Kontak Perang
Salib
Perang salib yang berlangsung antara 1095-1291 M,
juga ikut andil dalaam mentransformasikan kebudayaan atau peradaban muslim.
Namun pengaruh perang salib ini tidak tidak terlalu besar bila dibangdingkan
denga kontak intelektual, mengingat
orang-orang yang datang sebagai pasukan adalah kesatria-kesatria perang dan
bukan ilmuan. Disamping itu, cepatnya proses transformasi kebudayaan dan
peraban muslim, khususunya eropa kristen, juga disebabkan oleh letak geografis
daerah. Daerah muslim seperti andalusia dan sisilia, yang secara geografis
terletak di benua eropa mempunyai peran besar sebgai jembatan yang memperlancar
arus penyebrangan kebudayaan muslim.
Banyak universitas yang didirikan di Andalusia yang
mana orang-orang eropa banyak yang berdatangan untuk kepentingan studi dan
transfer kultural. Misalnya micchel sot, Robert Chester, Adelard Barth, Gerard
dan Cremona dan lain-lain. Mereka adalah yang merintis kegiatan studi di
Andaliusia.
Ketika Andalusia direbut kembali oleh orang-orang
Nasrani, terdapat masjid dan perpustakaan yang banyak menyimpan khazanah
intelektual islam. Juga terdapat Universitas-universitas Islam seperti Cordoba,
Toleda, Sevile, maupun Granada. Peninggalan-peninggalan tersebut oleh
orang-orang Nasrani bekerjasama dengan orang-orang Arab campuran Yahudi
dipelajari untuk selanjutnya diterjemahkan. Mereka mempelajari dan
menterjemahkan matematika, kedokteran, astronomi, fisika, kimia, dan sebagainya
yang berada di Universitas-Universitas tersebut. Karya Ibnu Sina seperti kitab
As-Syifa dan Al-Qonun Fi At-Thibb yang ditransfer dengan judul Canon bahkan
menempati posisi utama dalam literatur kedokteran dan menjadi buku teks bagi
pendidikan kedokteran di Eropa sampai abad ke-16.
Mereka juga yang membantu menerjemahkan karya-karya
keilmuan Yunani kedalam bahasa Arab terutama awal abad ke-11. Karya-karya
terjemahan bahasa Arab itulah yang diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh
sarjana-sarjana Barat. Disamping itu kontak pribadi juga ikut mempengaruhi
proses transmisi kebudayaan muslim. Hal ini berangkat dari satu kenyataan bahwa
semenjak penaklukan Syiria, Mesir dan persia oleh ekspedisi-ekspedisi Islam
sejak Kholifah Umar Ibnu Khattab, tidak sedikit dari orang-orang kristen
(Bizantium) menbjalin kontak pribadi dengan orang-orang Islam, karena semangat
liberasi dan toleransi yang dimiliki umat muslim, sehingga orang-orang kristen
tidak menemukan halangan untuk beradaptasi dengan kebuidayaan muslim. Tidak
jarang diantara mereka menjadii tokoh-tokoh penting dalam gerakan keilmuan
Islam yang lahir kemudian.
C.
Pengaruh
Ilmu Pengetahuan Islam Terhadap Dunia
Barat
a.
Tokoh Muslim
Dalam Pengembangan Ilmu
Banyak sekali kontribusi islam bagi pembangunan
dunia barat. Dalam lapangan ilmu kedokteran, dokter Islam
Al-Kindi (809-873 M) telah menulis buku Ilmu Mata yang
telah di terjemahkan dalam bahasa latin menjadi Optics. Ada
pula Al–Rozi (865-925 M) yang telah
menulis buku kedokteran berjudul Al-Hawi yang telah di terjemahkan kedalam
bahasa latin dengan judul Continens. Buku tersebut
memuat dan merangkum ilmu pengetahuan ketabiban dari persia, yunani, hindu dan
hasil-hasil penelitiannya sendiri. Juga ibnu sina (980-1037) menulis buku
berjudul Al-Qanun fi Al-Tibbi yang telah diterjemahkan kedalam bahasa
latin dengan judul Qanun Of Medicine yang menjadi pegangan di
Perguruan-Perguruan Tinggi dan sekolah-sekolah di Benua Eropa selama 30 tahun.
Ia juga menulis buku yang berjudul Matereia Medica yang memuat kira-kira
760 macam ilmu tentang obat-obatan. Buku tersebut dari abad 12 sampai 17
dijadikan referensi utama untuk ilmu ketabiban barat. Ibnu khaldun (1332-1406)
dengan bukunya Mukaddimah banyak memberikan sumbangan dan pengaruh
terhadap pemikiran-pemikiran sarjana barat dibidang ilmu sejarah dan sosiologi,
karena buku tersebut menjadi tumpuan studi para ahli barat.
Jasa dan sumbangan islam inilah yang menjadi dasar
bagi munculnya masa Renaissance (Kebangkitan) di Eropa pada abad ke 16, sehingga
Eropa terbangun dari kegelapan dan kelelapan tidurnya. Karena begitu banyaknya
sumbangan islam kepada kebangunan kebudayaan eropa maka banyak istilah-istilah di
Benua Eropa yang berasal dari kebudayaan islam (bahasa arab), yang sekaligus
menjadi bukti nyata dan jasa umat islam kepada dunia barat.
Dalam lapangan ilmu astronomi dan ilmu pasti, Al-Khawarizmi
(W. 863) menulis buku Al-Jabar Wa Al-Muqabalah, suatu buku standar ilmu
pasti yang memuat daftar astronomi tertua dan yang memperkenalkan ilmu
al-jabar. Buku tersbut di terjemahkan
kedalam bahasa latin dan merupakan buku pelajaran ilmu pasti terutama pada Universitas
–Universitas Eropa sampai sesudah abad ke 14. Bapak kimia islam Jabir Ibnu
Hayan (721-815 M) menulis kitab kimia yang merupakan buku yang paling
berpengaruh di eropa dan asia sampai sesudah abad 14. Filosuf muslim Ibnu Rusd (1126-1198)
yang di kenal sebagai komentator pikiran aristoteles mendominasi lapangan
filsafat di Iberia dan Eropa. Al-kindi (809-873 M) terkenal dengan metode
filsafatnya yang menggabungkan dalil-dalil plato dan aristoteles dengan cara
neo-platonis.
Universitas di Eropa yang berfungsi sebagai Agen
Of Cange, Agens Of Modernization, sebenarnya lembaga tersebut lahir dari buaian
kebudayaan islam, yakni islam di spanyol pada saat Kholifah Abdurrohman III
(912-961) yang telah mendirikan dan menempatkan Universitas Cordoba di dalam Masjid
Cordoba. Disana banyak mahasiswa dan sarjana islam maupun eropa kristen
berdatangan untuk menggali dan menimba ilmu-ilmu islam. Universitas tersebut
telah menyelenggarakan differensiasi ilmu pengetahuan ke dalam
fakultas-fakultas hukum, kedokteran, ilmu ukur dan astronomi. Pada waktu itu di
eropa kristen belum ada Universitas, sebab eropa mengenal atau mendirikan
universitas pada tahun 1000 M (yaitu universitas salemo) lalu baru muncul
kemudian Universitas Boligna (Tahun 1154 M) dan Universitas Oxford (Tahun 1168
M) yang banyak mencontoh kurikulum dan pola dari Universitas Islam.
b.
Peran Intelektual
Islam Terhadap Kehidupan Barat
Perkembangan Intelektual di kalangan masyarakat
islam yang menghasilkan kemajuan kebudayaan dan peradaban islam, sebagaimana
telah di bahas dalam bab sebelumnya, memberikan sumbangan yang banyak atau pengaruh
terhadap dunia barat atau peadaban eropa. Peradaban eropa pada abad pertengahan
baik langsung atau tidak langsung kemudian berkembang, membentuk peradaban
barat yang lebih universal. Tanpa sumbangan atau pengaruh ilmu pengetahuan
islam atau muslim, sulit di bayangkan kemajuan barat seperti sekarang ini.
Orang eropa sejak awal kemajuan islam, banyak belajar
dari kaum intelektual muslim. Sikap terbuka yang ditunjukkan oleh para
intelektual muslim, mengakibatkan banyak orang barat terkemuka mendatangi
pusat-pusat intelektual muslim. Bahkan kepala-kepala gereja kristen dan
pengikut gereja dari berbagai penjuru eropa atau barat, juga menghadiri
kuliah-kuliah yang di berikan sarjana-sarjana islam. Universitas-universitas
islam terutama turut mempercepat proses peranan dalam melebarkan pengaruh ilmu
pengetahuan islam terhadap dunia barat.
Pengaruh ilmu pengetahuan islam atas eropa atau
barat telah berlangsung sejak abad ke 12. pengaruh ilmu pengetahuan islam
terhadap dunia barat berlangsung dalam masa damai yakni orang-orang eropa
belajar di universitas-universzitas islam. Di samping itu dalam masa perang,
yakni jauh sebelum perang salib, Hulaguu Khan yang menaklukkan Baghdad dan
meruntuhkan Abbasiyah melihat peradaban islam yang sangat tinggi tersebut,
akhirnya memeluk agama islam. Ia membawa buku-buku dari perpustakaan baghdad
dan membawa ke Samarkand, dimana ia mengembangkan ilmu dan kesenian mereka
menjadi pendiri akademi-akademi dan pelindung orang berilmu. Para intelektual
muslim telah menciptakan metode observasi dan eksperimentasi dalam penyelidikan
dan pengembangan ilmu. Metode observasi dan eksperimentasi di ciptakan oleh Jabir
Ibn Hayyan yang mengembangkan kimia, logika, filsafat, kedokteran, dan
mekanika, yang selanjutnya dikembangkan oleh Al-Rozi di bidang kimia dan Al-Hasan
dalam bidang fisika. Dengan demikian telah di cetuskan suatu metode ilmiah dari
ilmuan islam untuk pertama kalinya yang kemudian di kembangkan lebih lanjut
pada masa berikutnya. Oleh karena itu terdapat beberapa banyak filsuf muslim
telah banyak berjasa dalam pengembangan sains. Jasa-jasa mereka itulah yang
telah mendahului atau memberi inspirasi dan bahkan tidak berlebihan untuk di
katakan telah membidani kelahiran Renaissance di eropa. Yang mengakui akan
kebesaran karya para sarjana muslim masa lalu dalam bidang ilmu dan teknologi
dan jasa-jasa mereka kepada dunia barat antara lain Hodgson, Watt dan Gibb
dan semuanya semakin bertambah jelas ketika tabir kebebasan ilmu pengetahuan
itu semakin banyak tersingkat.
Walaupun
islam mengalami kemunduran antara lain disebabkan telah dibakarnya buku buku
dalam perpustakaan islam terutama disepanyol oleh kristen eropa namun pemikiran
islam tetap tidak punah. Bahkan mampu membidangi gerakan gerakan kesejahteraan
penting dieropa yang mengubah wajah kebudayaan eropa dan bahkan dunia pada
umumnya antara lain:
ü Kebangkitan Kembali (renaissance) kebudayaan yunani klasik
pada abad ke 14 mula mula di Italia kemudian merembet ke seluruh eropa.
ü Gerakan pembaharuan agama kristen mulai abad ke 16 M
dengan Reformator-Reformator Luther Zuwingli dan Calvin.
ü Rasionalisme pada abad Ke 17 M yang di pelopori oleh Rene
Descartes dan Jhon Locke, masing-masing dari inggris dan perancis.
ü Pencerahan (aufklarung enlightenment) pada abad ke
18 M dengan tokoh tokohnya Vetaire, D. Diderot, Baron De Montesqu’e dari Perancis, GW. Leibniz dari
Jerman dan MV. Lomonossor dari Rusia.
Dengan demikian ilmu pengetahuan islam merupakan
sumbangan peradaban islam yang sangat penting kepada dunia barat yang modern.
Kemudian semuanya itu mengangkat eropa atau barat dari kegelapan dan menghantarkannya kepada
kemajuan. Bahkan bukan hanya ilmu pengetahuan saja sumbangan islam terhadap
barat, tetapi pengaruh-pengaruh lain dalam peradaban islam yang benar juga
telah memancarkan sinarnya yang pertama dalam kehidupan eropa atau barat.
Oleh karena itu ilmu pengetahuan barat sebenarnya
berhutang budi kepada kebudayaan islam. Apa yang dinamakan ilmu yang berkembang
di eropa atau barat saat ini merupakan hasil jiwa baru dalam mengadakan
pembahasan metode-metode baru tentang penyidikan, ekspresimen, observasi,
pengukuran, perkembangan ilmu pasti, tidak di kenal oleh bangsa Yunani. Jiwa
dan metode metode itu diperkenalkan kepada dunia eropa oleh Bangsa Arab yang Islam.
Namun banyak juga orang eropa atau barat akhir-akhir
ini menciptakan citra tidak baik terhadap Islam. Hal itu disebabkan mungkin
untuk menutupi rasa rendah diri mereka terhadap Islam, dengan jalan berupaya
menghilangkan kenyataan sejarah, walaupun faktor faktor sejarah itu tidak bisa
di pungkiri oleh Eropa atau barat. Oleh karena itu bagi kita kaum muslim
disamping menggali para intelektual muslim sehingga mampu menempatkan citra
islam sesuai dengan kenyataan sejarah yang semestinya, namun yang lebih penting
lagi adalah mengembangkan warisan tersebut atau dengan bahasa lain kita tidak
cukup membangga-banggakan kenyataan sejarah, tetapi bagaimana produktifitas
kita, sumbangan kita sekarang dalam kemajuan kebudayaan atau peradapan dunia
pada umumnya dan untuk generasi selanjutnya.
Penutup
Kemajuan-kemajuan yang pernah dicapai oleh dunia
islam pada zaman dahulu seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi dunia islam pada
zaman modern ini. Keruntuhan yang pernah menimpa Abbasiyah seharusnya juga
memberikan peringatan kepada dunia muslim agara tidak terjatuh kedalam lubang
yang sama. Ketidakpatuhan para pemimpin Abbasiyah kepada syariat islam
merupakan faktor inti dari beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya Dinasti
Abbasiyah.
Kemajuan Dunia islam memberikan pengaruh atau efek
domino bagi kemajuan bangsa eropa pada saat itu. Transformasi peradaban dan
kebudayaan dari dunia islam kedunia barat memberikan pengaruh bagi kemajuan
dunia eropa dengan cendikiawan-cendikiawan mereka yang sangat jenius. Berbagai
teori keilmuan islam kemudian diterjemahkan kedalam bahasa mereka dan mereka
kembangkan sehingga hasilnya sangat mencengangkan bagi dunia Islam sendiri.
Ilmu kedokteran, Ilmu filasafat, ilmu al-jabar adalah contoh diantara beberapa
keilmuan yang disadap oleh cendikiawan-cendikiawan barat pada masa itu. Dengan
demikian ilmu pengetahuan islam merupakan sumbangan peradaban islam yang sangat
penting kepada dunia barat yang modern. Kemudian semuanya itu mengangkat eropa
atau barat dari kegelapan dan menghantarkannya
kepada kemajuan.
Oleh karena itu ilmu pengetahuan barat sebenarnya
berhutang budi kepada kebudayaan islam. Apa yang dinamakan ilmu yang berkembang
di eropa atau barat saat ini merupakan hasil jiwa baru dalam mengadakan
pembahasan metode-metode baru tentang penyidikan, ekspresimen, observasi,
pengukuran, perkembangan ilmu pasti, tidak di kenal oleh bangsa Yunani.
Namun banyak juga orang eropa atau barat akhir-akhir
ini menciptakan citra tidak baik terhadap Islam. Hal itu disebabkan mungkin
untuk menutupi rasa rendah diri mereka terhadap Islam, dengan jalan berupaya
menghilangkan kenyataan sejarah, walaupun faktor faktor sejarah itu tidak bisa
di pungkiri oleh Eropa atau barat. Oleh karena itu bagi kita kaum muslim
disamping menggali para intelektual muslim sehingga mampu menempatkan citra
islam sesuai dengan kenyataan sejarah yang semestinya, namun yang lebih penting
lagi adalah mengembangkan warisan tersebut atau dengan bahasa lain kita tidak
cukup membangga-banggakan kenyataan sejarah, tetapi bagaimana produktifitas
kita, sumbangan kita sekarang dalam kemajuan kebudayaan atau peradapan dunia
pada umumnya dan untuk generasi selanjutnya.
Daftar Pustaka
Fahrudin,
Mohd Fachrudin. Perkembangan Kebudayaan Islam. (1985). Jakarta : PT. Bulan Bintang.
Mansur,
peradaban islam. Peradaban islam dalam lintasan sejarah.(2004).
Yogyakarta: global pustaka utama.
Yatim,
Badri. Sejarah peradaban islam. (2004). Jakarta: Pt. RajaGrafindo
Persada.
Badri Yatim
& Sirajuddin. Materi Pokok Sejarah Kebudayaan Islam. (1993).
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
kelembagaan agama islam dan universitas.
Al-Bouty, Dr. Said Romdhon. Fiqh Siroh An-Nabawiyah Waziyadatuha
Khulafaurrosyidin (1993). Lebanon : Dar Fikr Lin Nasr Wat Tauzi.
[1] Fuad mohd. Fachrudin,perkembangn kebudayaan islam(Jakarta:bulan
bintang, 1985)hlmn. 73
[2] Drs.Badri Yatim & Drs. D. Sirajuddin, Materi Pokok Sejarah
Kebudayaan Islam, (Direktorat Jenderal Pembinaan kelembagaan agama islam
dan universitas terbuka,1993)hlm.17-20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Untuk Meinggalkan Komentar Anda ! Kritik dan Saran Dibutuhkan Untuk Perbaikan Blog Ini Kedepannya.