Keruntuhan Daulah Abbasiyah - Sang Pemburu Badai

Selasa, 02 Agustus 2016

Keruntuhan Daulah Abbasiyah



Pendahuluan

Tidak ada yang kekel di dunia ini kecuali Sang Penciptanya. Mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan dari Dinasti Abbasiyah. Setelah mengalami kejayaan selama beberapa ratus tahun akhirnya Dinasti ini runtuh. Keruntuhan dinasti ini bukannya tanpa faktor.  Ada beberapa yang menjadi penyebab runtuhnya dari dinasti ini, diantaranya adalah persaingan antar bangsa-bangsa untuk memperebutkan derah jajahan dan memperluas wilayah kekuasaan mereka. Selain itu, kemeresosotan ekonomi yang terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah pada hal ini juga menyebabkan dinasti Abbasiyah hilang dari percaturan kerajaan-kerajaan yang berkuasa pada saat ini. Konflik keagaaman yang terjadi juga ikut mempercepat kehancuran dari pada Dinasti ini. Dan penyebab yang terakhir adalah ancaman dari luar yang merongrong kekuasaan Dinasti ini.
Walaupun Dinasti Abbasiyah telah hilang beberapa puluh abad yang lalu, tetapi peninggalan-peninggalannya masih  dapat dirasakan sampai sekarang. Peninggalan keilmuan bisa dilihat dari buku-buku yang dikarang oleh para cendikiawan zaman Abbasiyah yang kemudian di wariskan kepada generasi selanjutnya. Peninggalan yang berupa benda juga masih dapat dilihat di benua eropa terutama Spanyol. Banyak bangunan dengan  arsitektur yang sangat indah dan tinggi nilainya  masih berdiri megah di daratan Spanyol. Perpustakaan, masjid, universitas dan bangunan-bangunan islam kuno lainnya yang masih ada menjadi bukti bahwa Islam pernah mengalami kemajuan dan zaman keemasan dimasa itu.
Kemajuan-kemajuan yang pernah di capai dinasti abbasiyah ternyata membawa pengaruh yang sangat hebat bagi dunia eropa. Kebangkitan dunia eropa atau yang lebih dikenal dengan renaissance merupakan hasil daripada transformasi keilmuan dari dunia islam ke dunia barat. Kontak keilmuan yang terjadi antara para sarjana eropa dengan dunia muslim memberikan pengaruh dalam cara berfikir mereka sehingga mereka mulai mengembangkan keeilmuan mereka untuk memajukan eropa dan mengentaskannya daei lubang kegelapan.
            Islam sangat berjasa sekali bagi kemajuan yang telah diraih oleh eropa pada saat ini. Keilmuan yang berkembang di eropa sekarang merupakan hasil daripada pengembangan teori teori yang telah dicetuskan oleh cendikiawan muslim.



Keruntuhan Daulah Abbasiyah

A.     Latar Belakang Keruntuhan Daulah Abbasiyah
Daulah abbasiyah adalah sebuah Negara yang melanjutkan kekuasaan daulah umayyah. Nama daulah ini diambil dari para pendiri dan penguasanya yang kebanyakan keturunan al-abbas. Kehalifahan abbasiyah mulai dipropagandakan ketika umar bin abdul aziz naik tahta. Dan akhirnya menyusul berbagai pemberontakan dan peperangan yang dilakukan oleh bani abbas,daulah abbasiyahpun dinyatakan berdiri. Pasukan abbasiyah berhasil mengalahkan pasukan dari ummayah dalam  peperang di dekat sungai zab bagian atas.
Daulah ini berlangsung dari tahun 132 H/750 M, sampai tahun 656 H/1258 M. pusatnya di bagdad. Kerajaan ini memilik 37 raja yang susul-menyusul.pada masa kerajaan ini islam mengalami puncak kejayaannya disegala bidang kehidupan.[1]
Pola pemerintahan daulah ini berubah-ubah sesuai dengan perubahan politik, social, budaya, dan penguasa. Berdasarkan perbedaan pola dan perubahan politik itu masa daulah abbasiyah dapat digolongkan menjadi 5 periode, yaitu sebagai berikut:
1.      Periode pertama      (132 H/750 M – 232 H/847 M)
2.      Periode kedua           (232 H/847 M – 334 H/945 M)
3.      Periode ketiga          (232 H/847 M – 447 H/1055 M)
4.      Periode keempat      (447 H/1055 M – 590 H/1199 M)
5.      Periode kelima         (590 H/1199M – 656 H/1258 M) [2]
Masa kemunduran abbasiyah dimulai sejak period eke 2. Namun demikian, factor - faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, tetapi pada masa itu kekholifahan sangat kuat, sehingga benih – benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan bani abbas apabila kholifah kuat paramenteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, namun apabila khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Disamping kelemahan khalifah, banyak factor lain yang menyebabkan khalifah abbasiyah menjadi mundur, masing-masing factor tersebut saling  berkaitan. Beberapa diantaranya adalah sebagai baerikut:
1.      Persaingan antar bangsa.
Khalifah abbasiyah didirikan oleh bani abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan ini dilatarbelakangi persamaan nasib sebagai bangsa tang tertindas. Setelah kekhalihan abbasiyah berdiri bani abbas tetap mempertahankan persekutuan ini. Orang- orang arab terpecah belah dengan adanya ‘ashabiyyah kesukuan. Dengan demikian kehalifah abbasiyah tidak ditegakkan pada ‘ashabiyah tradisional.
Namun hal itu tidak membuat bangasa Persia puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari persia pula. Sementara itu bangsa arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) yang istimewa  dan merka menganggap rendah bangsa non-arab didunia islam.
Wilayah kekuasaan abbasiyah pada periode pertama sangat luas. Meliputi maroko, mesir, syiria, irak, Persia, turki, dll. Mereka hanya dipersatukan melalui bangsa semit, karena islam tidak memiliki kesadaran untuk merajut elemen-elemen itu dengan kuat sehingga selain muncul fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme-fanatisme bangsa lain yang melahirkan gerakan syu’ubiyyah.
Fanatisme semacam ini dibiarkan berkembang oleh penguasa saat itu, bahkan para khaliafah menjalankan system perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia dan turki dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab sebagai kaum yang menerima gaji(dianggap sebagai hamba). System ini yang yang membuat bangsa Persia dan turki semakin kekeh syu’ubiyahnya. Karena jumlah mereka besar, mereka merasa bahwa Negara ada miliknya. Mereka memiliki kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah. Muncullah kecenderungan masing-masing Negara untuk saling mendominaasi kekuasaan dari periode pertama daulah abbasiyah. Namun karena khalifah masa itu kuat, stabilitas politik dapat terjaga.
Setelah khaliafah al-mutawakkil naik dominasi tentara turki tak terbendung lagi. Pad masa itu sebenarnya pemerintahan bani abbas sudah musnah karena kekuasaan dipegang oleh orang-orang turki. Selanjutnya kekuasaan direbut oleh bani buwaih dari Persia di periode ketiga, dan dinasti Seljuk pada periode keempat.

2.      Kemerosotan ekonomi
Kemerosotan bidang politik dibarengi dengan kemerosotan dibidang ekonomi. Pada periode pertama daulah ini merupakan daulah yang kaya. Penerimaannya lebih besar dari pengeluarannya sehingga bait al-mal penuh dengan harta. Penerimaan terbesar adalah dari semacam pajak hasil bumi yang dikenal dengan nama al-kharaj.
Ada beberapa factor yang menebabkan merosotnya ekonomi daulah abbasiyah, yakni antara lain:
ü  Menurunya pendapatan Negara  karena penyempitan wilayah,Karena banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri.
ü  Banyaknya kerusuhan yang mengakibatkan terganggunya perekonomian rakyat.
ü  Diperingannya pajak.
ü  Pengeluaran membengkak karena hedonisme para khalifah dan pejabat.
ü  Banyak terjadi korupsi.
ü  Carut- marutnya kehidupan politik yang membuat kehidupan ekonomi Negara morat-marit

3.      Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan fanatisme kebangsaan. Karena cita-cita orang-orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong mereka mempropagandakan ajaran manuisme, zoroasterisme, dan mazdakisme atau yang popular dengan nama gerakan zindiq. Gerakan ini menggoda rasa keimanan para khalifah al-manshur berusaha keras memberantasnya. Al-mahdi bahkan merasa perlu untuk mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan orang-orang zindiq dan melakukan mihnah untuk memberantas bid’ah. Akan tetapi itu semua tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum beriman dengan golongan zindiq berlanjut, mulai dari bentuk yang sederhana seperti polemic tentang ajaran sampai sampai konflik bersenjata yang menumpahkan darah dikedua belah pihak. Gerakan al-afsyin dan quramithah adalah contoh dari konflik berdarah itu.
Pada saat gerakan zindiq mulai tersudut para pendukungnya banyak yang berlindung dibalik ajaran syiah, sehingga banyak aliran syiah yang dipandang ghulat(ekstrim) dan dianggap menyimpang, bahkan oleh penganut syiah sendiri. Aliran syiah adalah satu aliran politik dalam islam yang berhadapan dengan konsep ahlussunah. Diantara keduanya sering terjadi konflik yang terkadang juga melibatkan penguasa.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak hanya sebatas konflik antara muslim dan zindiq atau syiah dengan ahlussunah saja, tetapi antar aliran dalam islam. Mu’tazilah misalnya yang cenderung rasionalis dituduh sebagai pembuat bid’ah oleh golongan salaf. Perselisihan diantara keduanya dipertajam oleh al-ma’mum yang menjadikan mu’tazilah sebagai mazhab resmi Negara dan melakukan mihnah. Namun pada masa khalifah al- mutawakkil aliran mu’tazilah dibatalkan sbagai mzhab resmi Negara dan aliranslaf kembali naik daun. Tidak tolerannya golongan salaf terhadap pengikut mu’tazilah telah menyempitnkan horizon intelektual.[3]

4.      Ancaman dari luar
Ancaman dari luar adalah factor eksternal yang menyebabkan runtuhnya daulah abbasiyah. Adanya perang salib yang terjadi dalam beberapa gelombang dan hadirnya tentara mongol dibawah pimpinan hulagu khan.[4]



B.      Proses Transformasi Kebudayaan Atau Peradaban Islam Ke Dunia Barat
Andalusia merupakan jembatan penyebrangan kebudayaan atau peradaban islam dan sekaligus menghasilkan pertumbuhan dan kemajuan berbagai cabang kebudayaan dalam segala ragam dan jenisnya seperti kesenian, kesustraan, arsitektur, kedokteran, filsafat dan bidang-bidang kebudayaan lainnya. Andalusia telah benar-benar menjadi jembatan emas yang menyebrangkan atau menghubungkan dan merntranformasikan hasil-hasil kebudayaan islam ke eropa, kebudayaan atau peradaban islam inilah yang memberikan pengaruh secara luas terhadap Eropa. Dilihat dari bentuk proses tranformasi kebudayaan dan peradaban islam inilah yang memberikan pengaruh secara luas terhadap eropa.
Dilihat dari bentuk proses tranformasi kebudayaan dan peradaban islam ke mancanegara, paling tidak ada dua bentuk yang paling dominan, yaitu kontak intelektual dan perang salib.
                              1.            Kontak intelektual
Ada dua jalur aktifitas yang dilakukan lewat kontak intelektual ini yakni:
ü    Aktifitas ilmiah
Aktifitas ini pada awalnya dilakukan secara pribadi, sebagaimana yang banyak dilakukan mahasiswa dari italia, perancis selatan, spanyol, yang menghadiri seminar-seminar, untuk belajar matematika, filsafat, kedokteran, kosmografi dan yang lainnya. Dalam wakti yang singkat mereka telah menjadi kandidat profesor di universitas-universitas barat yang dibangun dengan mencontoh seminar-seminar muslim tersebut.
ü    Melalui jalur akademmis
Kegiatan ini dilakukan denga cara menerjemahkan berbagai karya seperti aristoteles yang telah ditransfer kedalam bahasa arab, bahasa latin untuk kemudian dibawa ke barat (Italia). Aktifitas ini dibarengi pula dengan berdirinya universitas-universitas seperti di Pon-Duo, Touluse, dan Leon. Universitas-universitas tersebut didirikan denga  menggunakan gaya arsitektur dan metode pengajaran sebagaimana pada universitas-universitas muslim. Universitas-universitas merupakan tempat yang turut memperlancar arus transformasi budaya islam ke Negri-negri asal mereka.

                              2.            Kontak Perang Salib
Perang salib yang berlangsung antara 1095-1291 M, juga ikut andil dalaam mentransformasikan kebudayaan atau peradaban muslim. Namun pengaruh perang salib ini tidak tidak terlalu besar bila dibangdingkan denga  kontak intelektual, mengingat orang-orang yang datang sebagai pasukan adalah kesatria-kesatria perang dan bukan ilmuan. Disamping itu, cepatnya proses transformasi kebudayaan dan peraban muslim, khususunya eropa kristen, juga disebabkan oleh letak geografis daerah. Daerah muslim seperti andalusia dan sisilia, yang secara geografis terletak di benua eropa mempunyai peran besar sebgai jembatan yang memperlancar arus penyebrangan kebudayaan muslim.
Banyak universitas yang didirikan di Andalusia yang mana orang-orang eropa banyak yang berdatangan untuk kepentingan studi dan transfer kultural. Misalnya micchel sot, Robert Chester, Adelard Barth, Gerard dan Cremona dan lain-lain. Mereka adalah yang merintis kegiatan studi di Andaliusia.
Ketika Andalusia direbut kembali oleh orang-orang Nasrani, terdapat masjid dan perpustakaan yang banyak menyimpan khazanah intelektual islam. Juga terdapat Universitas-universitas Islam seperti Cordoba, Toleda, Sevile, maupun Granada. Peninggalan-peninggalan tersebut oleh orang-orang Nasrani bekerjasama dengan orang-orang Arab campuran Yahudi dipelajari untuk selanjutnya diterjemahkan. Mereka mempelajari dan menterjemahkan matematika, kedokteran, astronomi, fisika, kimia, dan sebagainya yang berada di Universitas-Universitas tersebut. Karya Ibnu Sina seperti kitab As-Syifa dan Al-Qonun Fi At-Thibb yang ditransfer dengan judul Canon bahkan menempati posisi utama dalam literatur kedokteran dan menjadi buku teks bagi pendidikan kedokteran di Eropa sampai abad ke-16.
Mereka juga yang membantu menerjemahkan karya-karya keilmuan Yunani kedalam bahasa Arab terutama awal abad ke-11. Karya-karya terjemahan bahasa Arab itulah yang diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh sarjana-sarjana Barat. Disamping itu kontak pribadi juga ikut mempengaruhi proses transmisi kebudayaan muslim. Hal ini berangkat dari satu kenyataan bahwa semenjak penaklukan Syiria, Mesir dan persia oleh ekspedisi-ekspedisi Islam sejak Kholifah Umar Ibnu Khattab, tidak sedikit dari orang-orang kristen (Bizantium) menbjalin kontak pribadi dengan orang-orang Islam, karena semangat liberasi dan toleransi yang dimiliki umat muslim, sehingga orang-orang kristen tidak menemukan halangan untuk beradaptasi dengan kebuidayaan muslim. Tidak jarang diantara mereka menjadii tokoh-tokoh penting dalam gerakan keilmuan Islam yang lahir kemudian.




C.      Pengaruh Ilmu  Pengetahuan Islam Terhadap Dunia Barat
a.      Tokoh Muslim Dalam Pengembangan Ilmu
Banyak sekali kontribusi islam bagi pembangunan dunia barat. Dalam lapangan ilmu kedokteran, dokter Islam Al-Kindi (809-873 M) telah menulis buku Ilmu Mata yang telah di terjemahkan dalam bahasa latin menjadi Optics. Ada pula Al–Rozi (865-925 M) yang telah menulis buku kedokteran berjudul Al-Hawi yang telah di terjemahkan kedalam bahasa latin dengan judul Continens. Buku tersebut memuat dan merangkum ilmu pengetahuan ketabiban dari persia, yunani, hindu dan hasil-hasil penelitiannya sendiri. Juga ibnu sina (980-1037) menulis buku berjudul Al-Qanun fi Al-Tibbi yang telah diterjemahkan kedalam bahasa latin dengan judul Qanun Of Medicine yang menjadi pegangan di Perguruan-Perguruan Tinggi dan sekolah-sekolah di Benua Eropa selama 30 tahun. Ia juga menulis buku yang berjudul Matereia Medica yang memuat kira-kira 760 macam ilmu tentang obat-obatan. Buku tersebut dari abad 12 sampai 17 dijadikan referensi utama untuk ilmu ketabiban barat. Ibnu khaldun (1332-1406) dengan bukunya Mukaddimah banyak memberikan sumbangan dan pengaruh terhadap pemikiran-pemikiran sarjana barat dibidang ilmu sejarah dan sosiologi, karena buku tersebut menjadi tumpuan studi para ahli barat.
Jasa dan sumbangan islam inilah yang menjadi dasar bagi munculnya masa Renaissance (Kebangkitan) di Eropa pada abad ke 16, sehingga Eropa terbangun dari kegelapan dan kelelapan tidurnya. Karena begitu banyaknya sumbangan islam kepada kebangunan kebudayaan eropa maka banyak istilah-istilah di Benua Eropa yang berasal dari kebudayaan islam (bahasa arab), yang sekaligus menjadi bukti nyata dan jasa umat islam kepada dunia barat.
Dalam lapangan ilmu astronomi dan ilmu pasti, Al-Khawarizmi (W. 863) menulis buku Al-Jabar Wa Al-Muqabalah, suatu buku standar ilmu pasti yang memuat daftar astronomi tertua dan yang memperkenalkan ilmu al-jabar.  Buku tersbut di terjemahkan kedalam bahasa latin dan merupakan buku pelajaran ilmu pasti terutama pada Universitas –Universitas Eropa sampai sesudah abad ke 14. Bapak kimia islam Jabir Ibnu Hayan (721-815 M) menulis kitab kimia yang merupakan buku yang paling berpengaruh di eropa dan asia sampai sesudah abad 14. Filosuf muslim Ibnu Rusd (1126-1198) yang di kenal sebagai komentator pikiran aristoteles mendominasi lapangan filsafat di Iberia dan Eropa. Al-kindi (809-873 M) terkenal dengan metode filsafatnya yang menggabungkan dalil-dalil plato dan aristoteles dengan cara neo-platonis.
Universitas di Eropa yang berfungsi sebagai Agen Of Cange, Agens Of Modernization, sebenarnya lembaga tersebut lahir dari buaian kebudayaan islam, yakni islam di spanyol pada saat Kholifah Abdurrohman III (912-961) yang telah mendirikan dan menempatkan Universitas Cordoba di dalam Masjid Cordoba. Disana banyak mahasiswa dan sarjana islam maupun eropa kristen berdatangan untuk menggali dan menimba ilmu-ilmu islam. Universitas tersebut telah menyelenggarakan differensiasi ilmu pengetahuan ke dalam fakultas-fakultas hukum, kedokteran, ilmu ukur dan astronomi. Pada waktu itu di eropa kristen belum ada Universitas, sebab eropa mengenal atau mendirikan universitas pada tahun 1000 M (yaitu universitas salemo) lalu baru muncul kemudian Universitas Boligna (Tahun 1154 M) dan Universitas Oxford (Tahun 1168 M) yang banyak mencontoh kurikulum dan pola dari Universitas Islam.

b.      Peran Intelektual Islam Terhadap Kehidupan Barat
Perkembangan Intelektual di kalangan masyarakat islam yang menghasilkan kemajuan kebudayaan dan peradaban islam, sebagaimana telah di bahas dalam bab sebelumnya, memberikan sumbangan yang banyak atau pengaruh terhadap dunia barat atau peadaban eropa. Peradaban eropa pada abad pertengahan baik langsung atau tidak langsung kemudian berkembang, membentuk peradaban barat yang lebih universal. Tanpa sumbangan atau pengaruh ilmu pengetahuan islam atau muslim, sulit di bayangkan kemajuan barat seperti sekarang ini.
Orang eropa sejak awal kemajuan islam, banyak belajar dari kaum intelektual muslim. Sikap terbuka yang ditunjukkan oleh para intelektual muslim, mengakibatkan banyak orang barat terkemuka mendatangi pusat-pusat intelektual muslim. Bahkan kepala-kepala gereja kristen dan pengikut gereja dari berbagai penjuru eropa atau barat, juga menghadiri kuliah-kuliah yang di berikan sarjana-sarjana islam. Universitas-universitas islam terutama turut mempercepat proses peranan dalam melebarkan pengaruh ilmu pengetahuan islam terhadap dunia barat.
Pengaruh ilmu pengetahuan islam atas eropa atau barat telah berlangsung sejak abad ke 12. pengaruh ilmu pengetahuan islam terhadap dunia barat berlangsung dalam masa damai yakni orang-orang eropa belajar di universitas-universzitas islam. Di samping itu dalam masa perang, yakni jauh sebelum perang salib, Hulaguu Khan yang menaklukkan Baghdad dan meruntuhkan Abbasiyah melihat peradaban islam yang sangat tinggi tersebut, akhirnya memeluk agama islam. Ia membawa buku-buku dari perpustakaan baghdad dan membawa ke Samarkand, dimana ia mengembangkan ilmu dan kesenian mereka menjadi pendiri akademi-akademi dan pelindung orang berilmu. Para intelektual muslim telah menciptakan metode observasi dan eksperimentasi dalam penyelidikan dan pengembangan ilmu. Metode observasi dan eksperimentasi di ciptakan oleh Jabir Ibn Hayyan yang mengembangkan kimia, logika, filsafat, kedokteran, dan mekanika, yang selanjutnya dikembangkan oleh Al-Rozi di bidang kimia dan Al-Hasan dalam bidang fisika. Dengan demikian telah di cetuskan suatu metode ilmiah dari ilmuan islam untuk pertama kalinya yang kemudian di kembangkan lebih lanjut pada masa berikutnya. Oleh karena itu terdapat beberapa banyak filsuf muslim telah banyak berjasa dalam pengembangan sains. Jasa-jasa mereka itulah yang telah mendahului atau memberi inspirasi dan bahkan tidak berlebihan untuk di katakan telah membidani kelahiran Renaissance di eropa. Yang mengakui akan kebesaran karya para sarjana muslim masa lalu dalam bidang ilmu dan teknologi dan jasa-jasa mereka kepada dunia barat antara lain Hodgson, Watt dan Gibb dan semuanya semakin bertambah jelas ketika tabir kebebasan ilmu pengetahuan itu semakin banyak tersingkat.
 Walaupun islam mengalami kemunduran antara lain disebabkan telah dibakarnya buku buku dalam perpustakaan islam terutama disepanyol oleh kristen eropa namun pemikiran islam tetap tidak punah. Bahkan mampu membidangi gerakan gerakan kesejahteraan penting dieropa yang mengubah wajah kebudayaan eropa dan bahkan dunia pada umumnya antara lain:
ü  Kebangkitan Kembali (renaissance) kebudayaan yunani klasik pada abad ke 14 mula mula di Italia kemudian merembet ke seluruh eropa.
ü  Gerakan pembaharuan agama kristen mulai abad ke 16 M dengan Reformator-Reformator Luther Zuwingli dan Calvin.
ü  Rasionalisme pada abad Ke 17 M yang di pelopori oleh Rene Descartes  dan Jhon Locke,  masing-masing dari inggris dan perancis.
ü  Pencerahan (aufklarung enlightenment) pada abad ke 18 M dengan tokoh tokohnya Vetaire, D. Diderot, Baron  De Montesqu’e dari Perancis, GW. Leibniz dari Jerman dan MV. Lomonossor dari Rusia.
Dengan demikian ilmu pengetahuan islam merupakan sumbangan peradaban islam yang sangat penting kepada dunia barat yang modern. Kemudian semuanya itu mengangkat eropa atau barat dari  kegelapan dan menghantarkannya kepada kemajuan. Bahkan bukan hanya ilmu pengetahuan saja sumbangan islam terhadap barat, tetapi pengaruh-pengaruh lain dalam peradaban islam yang benar juga telah memancarkan sinarnya yang pertama dalam kehidupan eropa atau barat.
Oleh karena itu ilmu pengetahuan barat sebenarnya berhutang budi kepada kebudayaan islam. Apa yang dinamakan ilmu yang berkembang di eropa atau barat saat ini merupakan hasil jiwa baru dalam mengadakan pembahasan metode-metode baru tentang penyidikan, ekspresimen, observasi, pengukuran, perkembangan ilmu pasti, tidak di kenal oleh bangsa Yunani. Jiwa dan metode metode itu diperkenalkan kepada dunia eropa oleh Bangsa Arab yang Islam.
Namun banyak juga orang eropa atau barat akhir-akhir ini menciptakan citra tidak baik terhadap Islam. Hal itu disebabkan mungkin untuk menutupi rasa rendah diri mereka terhadap Islam, dengan jalan berupaya menghilangkan kenyataan sejarah, walaupun faktor faktor sejarah itu tidak bisa di pungkiri oleh Eropa atau barat. Oleh karena itu bagi kita kaum muslim disamping menggali para intelektual muslim sehingga mampu menempatkan citra islam sesuai dengan kenyataan sejarah yang semestinya, namun yang lebih penting lagi adalah mengembangkan warisan tersebut atau dengan bahasa lain kita tidak cukup membangga-banggakan kenyataan sejarah, tetapi bagaimana produktifitas kita, sumbangan kita sekarang dalam kemajuan kebudayaan atau peradapan dunia pada umumnya dan untuk generasi selanjutnya.






Penutup

Kemajuan-kemajuan yang pernah dicapai oleh dunia islam pada zaman dahulu seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi dunia islam pada zaman modern ini. Keruntuhan yang pernah menimpa Abbasiyah seharusnya juga memberikan peringatan kepada dunia muslim agara tidak terjatuh kedalam lubang yang sama. Ketidakpatuhan para pemimpin Abbasiyah kepada syariat islam merupakan faktor inti dari beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Abbasiyah.
Kemajuan Dunia islam memberikan pengaruh atau efek domino bagi kemajuan bangsa eropa pada saat itu. Transformasi peradaban dan kebudayaan dari dunia islam kedunia barat memberikan pengaruh bagi kemajuan dunia eropa dengan cendikiawan-cendikiawan mereka yang sangat jenius. Berbagai teori keilmuan islam kemudian diterjemahkan kedalam bahasa mereka dan mereka kembangkan sehingga hasilnya sangat mencengangkan bagi dunia Islam sendiri. Ilmu kedokteran, Ilmu filasafat, ilmu al-jabar adalah contoh diantara beberapa keilmuan yang disadap oleh cendikiawan-cendikiawan barat pada masa itu. Dengan demikian ilmu pengetahuan islam merupakan sumbangan peradaban islam yang sangat penting kepada dunia barat yang modern. Kemudian semuanya itu mengangkat eropa atau barat dari  kegelapan dan menghantarkannya kepada kemajuan.
Oleh karena itu ilmu pengetahuan barat sebenarnya berhutang budi kepada kebudayaan islam. Apa yang dinamakan ilmu yang berkembang di eropa atau barat saat ini merupakan hasil jiwa baru dalam mengadakan pembahasan metode-metode baru tentang penyidikan, ekspresimen, observasi, pengukuran, perkembangan ilmu pasti, tidak di kenal oleh bangsa Yunani.
Namun banyak juga orang eropa atau barat akhir-akhir ini menciptakan citra tidak baik terhadap Islam. Hal itu disebabkan mungkin untuk menutupi rasa rendah diri mereka terhadap Islam, dengan jalan berupaya menghilangkan kenyataan sejarah, walaupun faktor faktor sejarah itu tidak bisa di pungkiri oleh Eropa atau barat. Oleh karena itu bagi kita kaum muslim disamping menggali para intelektual muslim sehingga mampu menempatkan citra islam sesuai dengan kenyataan sejarah yang semestinya, namun yang lebih penting lagi adalah mengembangkan warisan tersebut atau dengan bahasa lain kita tidak cukup membangga-banggakan kenyataan sejarah, tetapi bagaimana produktifitas kita, sumbangan kita sekarang dalam kemajuan kebudayaan atau peradapan dunia pada umumnya dan untuk generasi selanjutnya.



Daftar Pustaka


Fahrudin, Mohd Fachrudin. Perkembangan Kebudayaan Islam. (1985). Jakarta : PT. Bulan Bintang.
Mansur, peradaban islam. Peradaban islam dalam lintasan sejarah.(2004). Yogyakarta: global pustaka utama.
Yatim, Badri. Sejarah peradaban islam. (2004). Jakarta: Pt. RajaGrafindo Persada.
Badri Yatim & Sirajuddin. Materi Pokok Sejarah Kebudayaan Islam. (1993). Jakarta:  Direktorat Jenderal Pembinaan kelembagaan agama islam dan universitas.
Al-Bouty, Dr. Said Romdhon. Fiqh Siroh An-Nabawiyah Waziyadatuha Khulafaurrosyidin (1993). Lebanon : Dar Fikr Lin Nasr Wat Tauzi.


[1] Fuad mohd. Fachrudin,perkembangn kebudayaan islam(Jakarta:bulan bintang, 1985)hlmn. 73
[2] Drs.Badri Yatim & Drs. D. Sirajuddin, Materi Pokok Sejarah Kebudayaan Islam, (Direktorat Jenderal Pembinaan kelembagaan agama islam dan universitas terbuka,1993)hlm.17-20
[3]  Badri Yatim, Sejarah Peradabab Islam, (Jakarta :Pt Rajagrafindo Persada 2004)Halm.79-84
[4] Mansur, Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Global Pustaka, 2004),Hlmn.38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Untuk Meinggalkan Komentar Anda ! Kritik dan Saran Dibutuhkan Untuk Perbaikan Blog Ini Kedepannya.