Jangan Larut Dalam Kegagalan Wahai Kader NU ! - Sang Pemburu Badai

Minggu, 13 Desember 2015

Jangan Larut Dalam Kegagalan Wahai Kader NU !

Sehari kalah dua kali mungkin sangat menyakitkan. Apalagi hal tersebut berhubungan dengan sesuatu yang besar dan berkaitan erat dengan jabatan saya sebagai Ketua PC.

Kekalahan saya yang pertama adalah pada hari rabu jam 2 pagi. Yaitu saat calon Ketua PP IPNU yang kami jagokan bersama dengan rekan-rekan Ketua PC IPNU se-Jawa Tengah harus kalah dari calon lain dengan selisih 7 suara (221 berbanding 214 suara). Padahal dalam tahap pemilihan pertama calon yang kami usung ungguk jauh, bahkan seumpama dalam tahap pertama mendapatkan tambahan 5 suara saja maka akan menang secara aklamasi dan tidak perlu ada tahap kedua.

Kekalahan saya yang kedua adalah pada hari rabu jam 16.00 ketika saya mendapatkan info bahwa cabup-cawabup yang selama ini kami dukung secara organisatoris kalah telak dengan cabup incumbent/petahana (info sementara 67% berbanding 33%). Senior kami yang selalu menjadi inspirasi kami ternyata belum diberikan amanah untuk memipmpin negeri ini. Dan saya yakin dari 33% suara yang didapatkan, 32,5%nya adalah dukungan murni untuk senior saya yang maju menjadi cawabup dan 0,5% adalah dukungan untuk cabup yang dia dampingi.

Kekecewaan tidak boleh berlarut-laru seperti yang sering saya katakan kepada sahabat-sahabat saya ketika dimintai nasehat. Hal itu lah yang memang saya coba lakukan walaupun memang sulit. Selalu ada hikmah dibalik itu. Hikmah yang ada benang merahnya diantara 2 kegagalan tersebut adalah bahwa selama proses menuju klimaksnya ternyata merekatkan ukhuwah nahdliyyah yang belum pernah saya rasakan seerat ini.

Pada kejadian yang pertama saya merasakan bahwa rasa ukhuwah nahdliyyah sesama Ketua dan kader PC sangatlah kuat, utamanya dengan yang sama berasal dari Jawa Tengah. Mungkin pertama kali ukhuwah tersebut terbangun karena adanya persamaan calon yang diusung, tetapi lambat laun perasaan saya lebih merekat karena bersama dengan kader-kader yang bersemboyankan "Belajar, Berjuang & Bertaqwa".

Pada kejadian yang kedua, saya merasakan bahwa pada proses beberapa bulan menuju hari pencoblosan, konsolidasi antara warga nahdliyyin untuk mengsukseskan kader mereka sangatlah intens. Utamanya konsolidasi yang dilakukan bersama dengan Banom NU. Dengan adanya intensitas pertemuan yang sangat tinggi tersebut maka lambat laun saya merasakan bahwa inilah NU sejati yang bersatu untuk mendukung kader terbaiknya berkhidmah kepada jam'iyyah dan tanah kelahirannya. Ukhuwah Nahdliiyah tersebut lah yang terbangun antara kader-kader NU sejati. Dari hal tersebut lah saya memahami dari senior saya bahwa orang-orang NU yang tidak memperjuangkan jam'iyyahnya maka ke-NU-annya pantas dipertanyakan, kalau perlu dijabut sekalian status NU-nya. Dalam Pilkada ini lah maka bisa dilihat mana orang yang berjuang untuk jam'iyyahnya, dan mana orang yang lebih mementingkan nafsu pribadinya. 

Maka dari proses itu lah sebenarnya saya telah dapat menikmati dan merasakan kemenangan, bukan kegagalan seperti yang saya rasakan pada mulanya. Kemenangan itu adalah ukhuwah Nahdliyyah kita lebih terbangun dengan adanya dua kejadian diatas. Ukhuwah tersebut adalah yang selama ini harus kita bangun bersama denganukhuwah islamiyyah, ukhuwah wathoniyyah dan ukhuwah basyariyyah. Allah akan selalu menjaga orang-orang yang berjuang di jalan-Nya. Dan semoga kita tetap termasuk dalam golongan santri Hadrotussyekh Hasyim Asy'ary.

Waallahul musta'aan,

a/n Seluruh kader yang telah memperjuangkan NU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Untuk Meinggalkan Komentar Anda ! Kritik dan Saran Dibutuhkan Untuk Perbaikan Blog Ini Kedepannya.