Ngaji Kitab Maqasidus Shoum (2) : Adabus Shoum (Etika Puasa) - Sang Pemburu Badai

Kamis, 25 Juni 2015

Ngaji Kitab Maqasidus Shoum (2) : Adabus Shoum (Etika Puasa)

Menurut muallif kitab Maqasidus Shoum, Sulthonul Ulama Izzuddin bin Abdussalam etika puasa ada 6, yaitu:

Pertama; Menjaga Lisan dan Anggota Tubuh dari Perbuatan Dosa
Nabi Muhammad Saw bersabda ”Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan-ucapan tercela, dan bahkan juga melakukan perbuatan tercela maka tidak menjadi masalah ketika Allah nantinya tidak lagi menyediakan lagi makanan dan minuman baginya”.
Dalam hadis lain juga dikatakan bahwa terkadang banyak orang yang melakukan shalat malam dan ibadah lainnnya tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali hanya rasa capek. Hal ini karena masih diselingi dengan perbuatan tercela. Begitu juga dengan orang yang berpuasa, dia hanya akan mendapatkan rasa haus dan lapar jika dalam puasanya masih dibarengi dengan ucapan kotor dan perbuatan tercela. Orang yang berpuasa tersebut tidak akan mendapatkan pahala dan berkah puasa.

Kedua; ketika ada yang mengajak untuk menyantap makanan oleh orang lain maka berkatalah “aku sedang berpuasa”. Hal ini sesuai dengan tuntunan dalam hadis Nabi. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan permintaan maaf karena tidak dapat memenuhi ajakan orang tersebut. Sehingga hal tersebut tidak sampai menyakiti hati orang yang mengajak tadi. Akan tetapi jika perkataan “aku sedang berpuasa” dikhawatirkan dapat membuat riya’ / pamer, maka carilah alasan yang lain.

Ketiga; Berdoa Ketika Berbuka Puasa
Dalam hal ini memang ada beberapa riwayat yang menyatakan tentang doa berbuka puasa. Akan tetapi akan saya tulis disini doa yang sering saya baca ketika berbuka puasa dan merupakan kumpulan dari beberapa hadis. Doa ini juga merupakan amalan yang digunakan di Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin Jetis.
Doa Sebelum berbuka puasa
يَاعَظِيْمُ يَاعَظِيْمُ أَنْتَ إِلٰهِى لآَإِلٰهَ غَيْرُكَ اِغْفِرْ لِىَ الذَّنْبَ الْعَظِيْمَ. فَاِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذَّنْبَ الْعَظِيْمَ اِلاَّ الْعَظِيْمُ. آمِيْـنْ
Doa Setelah Berbuka Puasa
اَللّٰهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ أَمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ. ذَهَبَ الظَّمَآء وَابْتَلَتِ الْعُـرُوْقُ وَثَبَتَ اْلأَجْـرُ اِنْ شَآءَ اللهُ تَعَالٰى.  آمِيْـنْ

Keempat; Berbuka Dengan Sesuatu Yang Manis
Dalam hal ini yang dianjurkan adalah dengan ruthab (kurma yang masih muda dan belum dimasak). Jika tidak ada maka dengan kurma. Jika tidak ada maka dengan yang lainnya yang manis atau dengan air putih.
Diceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw  berbuka puasa sebelum shalat maghrib dengan beberapa ruthab. Apabila tidak ada maka dengan kurma. Dan jika tidak ada maka dengan air putih.

Kelima & Keenam; Menyegerakan Berbuka Puasa dan Mengakhirkan Sahur.
Nabi Muhammad Saw bersabda “Sahurlah kalian semuanya karena terdapat keberkahan dalam sahur”.
Dalam hadis lain juga disebutkan “Hamba-hambaku yang paling kucintai adalah yang paling cepat menyegerakan puasa”.
Perbuatan ini sebenarnya juga untuk membedakan perilaku antara orang Muslim dan orang Yahudi-Nashrani. Orang-orang Yahudi-Nashrani adalah orang-orang yang suka mengakhirkan buka puasa mereka.


Ikuti lanjutan Kajian Kitab Maqasidus Shoum di twitter @juliushisna
Lebih lengkapnya di Fanspage Fb "Sang Pemburu Badai"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Untuk Meinggalkan Komentar Anda ! Kritik dan Saran Dibutuhkan Untuk Perbaikan Blog Ini Kedepannya.