DSN - Daurus Tsani (Putaran Kedua) : Firqah Islam Dan Peta Pemikiran Islam Modern - Sang Pemburu Badai

Minggu, 13 November 2016

DSN - Daurus Tsani (Putaran Kedua) : Firqah Islam Dan Peta Pemikiran Islam Modern

Bersama KH. Dr. Shidqan Maesur, Lc., MA.




Muqaddimah
Pemateri pada awal pembicaraannya dalam Dauroh Santri Nusantara (DSN) - Daurus Tsani Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin Jetis, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang mengawali dengan sebuah kata mutiara untuk memberikan semangat kepada para santri :

أنتم شبان اليوم رجال الغد
“Kalian para santri pada saat ini adalah para pemuda dan para remaja, dan suatu saat nanti akan menjadi tokoh-tokoh yang meneruska perjuangan para ulama’ dan kiyai”
Dan beliau juga mengutip sebuah kalimat dalam kitab Iddzotun Nasyi’in :

في أيديكم أمر الأمة، وعلى أقدامكم حياتها
“Dalam kekuasaan kalian lah diletakkan permasalahan umat ini, dan dalam  derang langkah kaki kalian lah keberlangsungan hidup umat ini tetap terjaga”


Firqah-Firqah Islam
Firqah merupakah kata jamak (plural) yang mufradnya adalah Firaq. Arti dari firqah sendiri adalah kelompok, golongan, pantan, dan lain sebagainya. Seringkali kata firqah juga disebut dengan istilah madzhab atau madrasah. Akan tetapi kata madzhab lebih sering identik dengan kelompok fiqih. Pada zaman ulama’ salaf juga sering kali dikenal istilah Madrasah Naqli (aliran pemikiran tekstual) dan Madrasah Aqliyyah ( aliran pemikiran kontekstual).

Oleh para ulama’ tarikh (sejarah), agar pembahasan tentang firqah-firqah dalam Islam lebih terarah, maka dibuatlah pembagian terhadap firqah-firqah tersebut. Pembagian didasarkan kepada subtansi pemikiran, latar belakang, serta tujuan dari setiap firqah tersebut. Adapun pembagiannya menjadi 3 bagian, yaitu

1.      Firqah Siyasiah, yaitu kelompok atau golongan yang subtansi pemikiran serta tujuan dari kelompok tersebut lebih berorientasi kepada politik atau kekuasaan, tetapi juga tidak menutup kemungkinan bahwa firqah tersebut juga mempunyai ideology sendiri. Contoh dari firqah ini adalah Syiah dan Khawarij. Kedua firqah tersebut muncul menjelang tahun 40 H, yang berawal pada saat konflik antara Ali dan Muawiyah. Khawarij Merupakan kelompok yang sangat kejam dan berniat untuk membunuh para tokoh-tokoh Islam. Mereka adalah orang muslim yang taat tetapi berfaham radikal. Ibnu Muljam (seorang tokoh khawarij dan pembunuh Ali) sendiri merupakan seorang Hafidzul Qur’an dan pernah bertugas di Mesir. Bahkan ketika membunuh Ali pun dia sambil membaca ayat Al Qur’an. Semangat khawarij muncul pada saat sekarang dengan banyaknya kelompok-kelompok yang berperilaku seperi mereka. Pada era modern ini beberapa kelompok radikal mempunyai kemiripan dengan khawarij, seperti orang-orang yang tekun dalam ibadahnya, serta mempunyai pemahaman agama yang mumpuni tetapi kemudian mereka sangat mudah untuk menuduh kelompok lain sebagai kafir atau murtad. Oleh karena itu beberpa ulama’ memberikan nama terhadap kelompok garis keras seperti ini sebagai neo khawarij.

2.      Firqah I’tiqadiyah, yaitu kelompok atau golongan yang lebih berkonsentrasi kepada pemikiran, serta membahas masalah ketauhidan atau ushuluddin (ideologi agama), dan tidak berorientasi kepada kekuasaaana atau politik. Contoh dari firqah ini adalah firqah Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyyah, Jabariyah, Qadariyyah, serta Wahabiyah pada era modern ini. Ahlussunnah wal jamaah sendiri lebih diidentikkan dengan firqah I’tiqadiyyah karena subtansi dari pemikirannya berkutat pada masalah ideologi (tauhid) yang dibangun pondasinya oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ary dan Abu Mansur Al-Maturidy. Sedangkan Wahabiyyah dibangun oleh Muhammad ibnu Abdul Wahab, salah seorang tokoh di Arab Saudi. Ibnu Abdul Wahab sendiri sering kali mengkaji serta mengimplementasikan ajaran ideology yang disusun oleh Ibnu Taimiyyah. Sedangkan secara fiqih, Wahabiyyah mengikuti madzhab Hanbali. Wahabiyyah sendiri terhitung sebagai madzhab yang kurang konsisten dengan konsep firqah atau madzhab mereka, seperti pada awal mulanya pernah mengharamkan meminum kopi tetapi sekarang mereka menghalalkannya.

3.      Firqah Fiqhiyyah atau Madzahib Fiqhiyyah, yaitu kelompok atau golongan yang lebih berkonsentrasi terhadap ijtihad dalam ranah fiqih atau produk-produk hukum Islam. Bagian dari firqah atau madzhab ini sudah sering kita ketahui diantaranya adalah Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali, Dzohiry, Thobary, Ats-Tsuary, dan lain sebagainya. Syafiiyah sendiri terhitung sebagai mazhab yang diikuti oleh mayoritas umat Islam modern.


Thareqat atau sufi juga seringkali disebut sebagai firqah bagi sebagian kalangan. Tetapi sebagian ulama’ jugatidak memasukkannya menjadi firqah tersendiri, karena setiap macam dari 3 kelompok firqah tadi juga sudah mempunyai ciri khas dalam bilang tasawwuf, atau setiap dari kelompok tersebut juga sudah mempunyai nilai-nilai tasawuf sendiri.

Sangat banyak kitab yang berbicara tentang firqah-firqah dalam Islam. Akan tetapi kitab yang paling bagus atau menjadi kitab induk dalam bidang ini adalah Kitab Taarikhul Madzahib Al-Islamiyyah fi Al-Siyasah Wal Aqaid Wal Madzahib Al-Fiqhiyyah karya Imam Abu Zahrah.


Peta Pemikiran Islam Modern : Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama atau NU jika didefinisikan sebagai sebuah organisasi adalah organisasi massa yang mengikuti aqidah Ahalussunnah wal Jamaah yang mengikuti konsep Maturidiyyah dan Asy’ariyyah, dalam fiqihnya mengikuti madzhab empat, dan dalam tasawufnya mengikuti mengikuti madzhab taswauf yang mu’tabarah (seperti Imam Junaidi, Imam Bahaudin An-Naqsabandi, Imam As-Syadzili dan lain sebagainya). Akan tetapi jika mendefinisakan seperti apakah orang NU maka akan sangat sulit didefinisikan karena banyak macamnya dan beraneka ragam pemikirannya.

NU secara organisasi berdiri tahun 1926, tetapi masyarakat NU sendiri sudah ada pada zaman sebelumnya. Walaupun secara organisasi terlahir lebih belakang, tetapi secara amaliyah NU jauh lebih ada sebelum Muhammadiyah. Muhammadiyah sendiri pada awalnya sama dengan NU dalam ritualnya, akan tetapi kemudian mulai menajadi beda ketika ada Majlis Tarjih yaitu sebuah lembaga yang berfungsi untuk memberikan keputusan dan menjadi rujukan dalam permasalahan-permasalahan agama Islam. Majlis Tarjih sendiri seringkali diisi oleh para pakar muda Muhammadiyah.

NU adalah organisasi yang memiliki konsep washatiyyah, yaitu bersikap moderat atau di tengah-tengah dan dapat merangkul siapapun. Selain itu NU juga mempunyai konsep tasamuh, yaitu bersikap toleran, dan tawazun, yaitu bersikap adil dan seimbang. Konsep ini merupakan warisan dari para walisongo yang berhasil menyebarkan Islam di tanah nusantara dengan konsep tersebut. Maka tidak heran apabila NU kemudian banyak pengikutnya dan dapat diterima oleh semua golongan, serta dapat merangkul semua orang dari berbagai latar belakang suku, agama, ras, dan budaya. Oleh karena itu pada era modern ini NU tidak hanya menjadi organisasi terbesar se-Indonesi, tetapi juga se-Dunia.

Dalam menyikapi isu-isu terkini, utamanya terkait isu penistaan agama oleh Guernur Basuki Tjahya Purnama (Ahok) beliau menghimbau kepada umat Islam untuk tidak mudah terprovokasi masalah tersebut. Kita dituntut untuk lebih jeli dan dewasa menyikapi isu yang berkembang. Dan menurut beliaupun sebenarnya tidak ada penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok, dan kita bisa melihat videonya secara langsung di Youtube.

Keadaan yang berkembang pada saat ini pun lebih condong mengarah kepada permasalahan politik, sudah tidak murni lagi kepada permasalahan penegakan hukum. Beliau sepakat dengan arahan PBNU yang mengintruksikan kepada warga NU untuk tidak terlibat aktif dalam demo tanggal 04 November 2016 kemarin. Dalam hal ini yang ingin dikedepankan oleh PBNU adalah untuk menjaga agar Indonesia tetap aman damai dalam bingki uruh NKRI. PBNU dalam hal ini pun sudah sangat bersikap moderat, dengan tidak mendukung demontrasi yang dilaksanakan, serta mendukung dan menyerahkan kepada aparat penegak hukum untuk menangani dan menyelesaikan permasalahan ini.



Kalimatul Ikhtitam (Closing Statement)
Pada kalimatul ikhtitam (closing statement) oleh K. M. Rozi Toha, beliau mengajak kita sebagai warga NU untuk tetap menjaga ukhuwah (rasa persaudaraan), serta tidak memancing pertentangan dengan sesama. Santri tidak boleh terprovokasi, apalagi sampai mengikuti demo. Mengikuti arahan PBNU dalam menyikapi permasalahan bangsa ini merupakan hal yang paling selamat, dan harus paling dikedepankan. NU sebagai benteng NKRI tentunya akan selalu terdepan menolak segala tindakan-tindakan yang dapat menghancurkan keutuhan negeri ini.

Bagi para santri dan alumni agar selalu berdoa untuk keselamatan bangsa ini. Para ulama’ dan pahlawan tidaklah mudah memperjuangkan Republik Indonesia. Dengan penuh perjuangan, mengorbankan nyawa dan harta, mereka berkeinginan agar Negara ini tegak berdiri. Oleh karena itu kita harus selalu menjaganya. Jangan sampai kita mudah diadu domba. Jangan sampai Negara ini terjadi perpecahaan dan perang saudara. Oleh karena itu marilah kita dengan sekuat tenaga berjuang untuk mempertahankan NKRI, serta dengan selalu berdoa untuk Negara kita agar tetap jaya. 


2 komentar:

  1. Topik yang sangat menarik, request next episode dinarasikan kembali perjuangan santri dalam merebut kemerdekaan, pertempuran 5 hari surabaya, perlawanan santri/NU di jawa timur dalam memerangi PKI....agar badai yang berkecamuk menyisakan hikmah yang diluar biasanya
    Suwun
    Assalamu'alaikum warahmatullah wabarokatuh

    BalasHapus
  2. Maturusuwun Mas Heri Putranto..... Insyaallah akan kami kabarkan kembali hasil dauroh selanjutnya....

    BalasHapus

Jangan Lupa Untuk Meinggalkan Komentar Anda ! Kritik dan Saran Dibutuhkan Untuk Perbaikan Blog Ini Kedepannya.